Mark Duggan dan Penembakan yang Membuat London Rusuh
Mark Duggan mungkin bukan siapa-siapa di tengah masyarakat kota London. Pria yang akrab disapa 'Starrish Mark' ini memiliki tunangan bernama Semone Wilson, namun Mark sudah memiliki empat orang anak.
Namun, Kamis 4 Agustus 2011 menjadi hari yang naas untuk semua pihak, baik polisi maupun warga. Saat itu polisi sedang menggelar apa yang mereka sebut sebagai Operasi Trident. Ini adalah operasi untuk menekan penggunaan senjata api untuk kriminal pada masyarakat kulit hitam di London.
Seperti diberitakan Sky News edisi 4 Agustus, tepatnya di jalan Ferry Lane, Tottenham, pada petang hari, polisi menghentikan sebuah mobil untuk memeriksa pengemudinya. Mark berada di dalam mobil itu.
Belum ada yang menjelaskan bagaimana proses pemeriksaan itu berlangsung. Namun kemudian diketahui Mark membawa pistol dan dor! Baku tembak terjadi pukul 18.15 waktu setempat. Peluru dari Mark hanya mengenai radio komunikasi milik polisi, namun tidak demikian dengan Mark. Dia meregang nyawa karena peluru polisi menembus tubuhnya.
Siapakah yang menembak duluan? Semua pihak punya versi masing-masing. Namun yang jelas, pihak keluarga menyalahkan polisi.
"Ada yang salah dan mereka mencoba menutupinya. Kalau Mark pegang senjata, kenapa tidak ditembak tangannya saja? Saya coba bertanya, polisi diam saja. Polisi juga tidak memberi tahu orangtuanya," kata Semone Wilson kepada The Sun, Selasa (9/8/2011).
Semone membela Mark. Menurut dia, pacarnya selama 13 tahun itu membawa senjata hanya untuk jaga-jaga saja, karena sepupunya ditikam hingga tewas di sebuah klub malam pada Maret 2011.
Tewasnya Mark lantas memicu kemarahan warga kulit hitam lainnya di Tottenham. 300-an Orang turun ke jalan dalam aksi yang awalnya damai-damai saja pada Sabtu (6/8) malam. Namun aksi berubah menjadi kerusuhan dan penjarahan. Kerusuhan satu berujung pada kerusuhan lain.
Ketika kerusuhan menyebar ke berbagai sudut kota London, pelaku bukan lagi hanya orang kulit hitam, namun juga kulit putih dan warga lain dari berbagai latar belakang ikut terlibat.
Media-media Inggris tampak berhati-hati untuk tidak menyebut kerusuhan di London ini bernada rasial. Namun berbagai tayangan di televisi memang sulit untuk menutupi dugaan itu.
Kerusuhan kali ini langsung mengingatkan warga London dengan kerusuhan serupa pada dekade 1980-an. Hubungan warga kulit hitam dengan polisi sama saja buruknya dengan masa itu. Kantong-kantong kerusuhan pun persis sama yang merupakan daerah warga kulit hitam mulai dari Tottenham, Birmingham sampai Liverpool.
from :
Fitraya Ramadhanny - detikNews
0 komentar:
Posting Komentar